donor darah



Berawal dari keikutsertaan saya dalam kepanitiaan Nitilaku serta donor darah dalam rangka Dies Natalis UGM ke 64 dan Dies Natalis Kagama ke 55.

Banyak pengalaman berharga yang saya dapat dari kegiatan tersebut, of course. Banyak juga bahan renungan yang saya peroleh. Salah satunya donor darah.

Selama ini saya tidak pernah tahu apa golongan darah saya. Ya, selama 20 tahun hidup di dunia ini, saya tidak tahu menahu golongan saya. Sampai ketika kegiatan donor darah dilakukan.

Waktu itu peserta donor darah tidak terlalu ramai, jadi panitia bisa sedikit rileks dan beristirahat setelah kita berkegiatan sejak jam 5 subuh. Saya selama ini selalu penasaran apa golongan darah saya. Panitia yang lain memberi saya dorongan untuk berani doroh darah. Aslinya saya takut donor darah. Brr!

Melihat petugas donor darah agak selo, dengan segenap keberanian dan bribikan yang cukup berhasil, saya maju untuk meminta diperiksa golongan darah saya. Hmm… tebak? Golongan darah saya AB! :D golongan daran yang menurut petugasnya cukup langka di Indonesia. He said that I was special. Thank God I was born being special. Hehehe. Sayangnya ketika saya berniat mendonorkan darah saya, tensi dan HB saya tidak memenuhi syarat.

Kemudian beberapa hari lalu saya membaca sebuah novel, judulnya I For You yang menceritakan seorang gadis yang mengidap kelainan darah Von Willebrand. Ditambah lagi golongan darah gadis itu AB rhesus negatif. Behh makin langka tuh. Kelainan ini menyebabkan pembekuan darah akan memakan waktu cukup lama, serta penderita akan mudah terluka. Berpotensi kekurangan darah dalam waktu singkat jika tidak segera diberi tindakan pengobatan. Ribet ya?

Habis baca novel ini saya jadi termenung. Makna slogan “setetes darah anda sangat berarti” baru bisa saya mengerti sepenuhnya. Terlebih lagi golongan darah saya cukup langka. Kedua orang tua dan adik saya memiliki golongan darah yang berbeda. Bagaimana bila dikemudiam hari saya mengalami sesuatu dan membutuhkan tranfusi darah?

Berapa banyak stok darah AB yang dimiliki bank darah Indonesia? Keengganan saya mendonorkan darah saya bisa saja menyebabkan orang lain kehilangan nyawa lantaran kekurangan darah.

Sudah waktunya saya mulai berani mendonorkan darah saya. Walaupun saya takut tangan saya ditusuk jarum dan darah saya diambil. Tapi, di luar sana pasti ada orang yang membutuhkan darah saya. Pasti.

Semoga kelak di masa depan saya berani mendonorkan darah saya.

Hehe :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sidney Sheldon’s Mistress Of The Game, Penguasa Berlian.

Beelzebub part 1

Chiffon Cake