bukan "jika aku menjadi"


Yogyakarta, as known as Little Indonesia. It’s a beautiful city. Oh yes, I love this city. This city full of people who always smile in every condition. They’re friendly, and welcome to every people who come to this city. Jogja is, and always be, my favorite city. That’s why I chose to live in Jogja and studied here.

Kenapa gw bilang jogja itu Indonesia versi mini? Karena di Jogja, segala jenis manusia ada. Orang-orang dari seluruh Indonesia ada di Jogja, mulai dari Chinese, Batak, Jawa (of course), Dayak, sampe Papua ada! Keren kan? Dari orang kaya sampe orang melarat rat rat juga ada di jogja.

In university, I took Faculty of Social and Political Sciences, major Social Development and Welfare. It’s a good major, trust me. Jurusan ini, sosial banget! Dan itu kadang ngebuat gw ngenes liat masyarakat kecil :’(.

Contohnya tadi, gw makan sama adek2 gw+temen kos adek gw. Jogja lagi ujan. Selese makan, gw bayar makanan gw. Trus gw liat bapak2 tua, tua banget, udah simbah2 gitu. Beliau duduk sendiri di deket gerobak si penjual makanan. Gw rada ngenes. Gw perhatiin ternyata simbah2 nya itu tukang parkir, soalnya bawa2 peluit gitu. Orangnya udah tua, duduk termenung sendirian, mana jogja hujan, dingin. Simbah2 ini Cuma pake kaos oblong, celana pendek sama topi. Kasian :(. Tapi gw ga bisa melakukan apa2…

Di lain hari, pas gw lagi di kampus. Ada kakek2 yang jauh lebih tua, jalan tertatih2 sambil bawa2 termos yang berisikan dagangan beliau, yakni es lilin *kayaknya. Gw belum pernah beli*. Gw pernah sekali berada 1 bis sama si kakek. Waktu itu gw perjalanan ke kampus. Si kakek turun duluan dari gw. Dan tebak? Tempat turunnya jauh banget dari lokasi beliau berjualan. Dan saat itu jogja panas banget. Si kakek hanya berpakaian ala kadarnya, menenteng termos dagangan. Gw sering liat si kakek hanya duduk termenung menanti para pembeli. Sendiri. Tanpa ada yang menemani.

Kadang gw berpikir, apa sih sebenernya yang dicari orang2 seperti mereka? Sudah lanjut usia, sudah sepantasnya mereka menikmati hari tua dengan santai, sembari bermain dengan cucu-cucu kesayangan. Tapi faktanya, mereka masih bekerja membanting tulang, entah demi apa. Gw gatau. Tak punya sanak saudarakah mereka? Atau mereka tetap bekerja untuk menyenangkan hati cucu-cucu mereka? Atau untuk sekedar bertahan hidup? Tidakkah mereka menginginkan masa tua yang menyenangkan? Tidak berniat ke panti jompo kah? Atau harga diri mereka terlalu tinggi untuk menyandarkan diri pada harapan panti jompo? Ah hanya mereka dan Tuhan yang tau apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

Sedikit pengalaman. Eyangti gw di Tulung Agung, sepeninggal eyangkung :’( sekarang hidup sendiri, hanya ditemani sodara gw yang baru kelas 1 SMA. Eyang sendiri yang awalnya mengurus rumah besar. Sampai2 rumah itu menjadi tak terurus karena eyang yang sudah tua tak lagi mampu untuk merawatnya seorang diri. Akhirnya didatangkan seorang pekerja untuk mengurusi rumah. Namanya Bu Sumani, gw mangginya Mbak Lom..

Suatu hari pas gw liburan di rumah eyang, gw ngebuang botol akua bekas, ada mbak Lom. Beliau nanya apa yang gw buang. Ya gw jawab aja gw buang botol bekas. Gataunya mbak Lom minta botol gw, katanya buat dikasi ke bapaknya. Bapaknya mbak Lom adalah seorang tukang rosok atau barang bekas. Mbak Lom bercerita bahwa bapaknya tetap bekerja sebagai tukang rosok karena tidak ingin menggantungkan hidupnya pada penghasilan anak2nya. Bahkan penghasilan yang diperoleh dari menjual rosok2 dan barang bekas digunakan untuk memanjakan cucu-cucunya. Memang sebagian uang yang diperoleh digunakan untuk uang makan dan uang rokok. Selebihnya diperuntukkan bagi para cucu.

mungkin begitu juga ya dengan 2 orang kakek yang gw ceritakan sebelumnya? Mereka tetap bekerja demi menyenangkan cucu? Sekali lagi, gw gatau jawabannya.

Realita seperti itu, membuat gw sadar. Gw orang yang lebih beruntung dari mereka. Gw punya segala fasilitas yang mereka tidak miliki. Sudah seharusnya masa depan gw lebih baik dari mereka. Bahkan, kalo bisa gw ingin membantu orang2 seperti mereka, agar mereka memiliki kehidupan yang lebih layak. Orang2 setua mereka, serenta mereka, sudah tidak seharusnya bekerja membanting tulang. Gw ingin bisa berguna bagi mereka. Bagaimana caranya? Gw belum tau. Yang bisa gw lakukan sekarang hanyalah belajar segiat mungkin, mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Dan berdoa agar kelak gw dapat menjadi berguna, yah minimal berguna bagi orang2 di sekitar gw. Dan gw yakin, gw bisa. 

Anak Tuhan, sudah seharusnya menjadi Garam dan Terang dunia :)
Selamat malam, Tuhan berkati

You may say that I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join nus
And the world will be as one~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sidney Sheldon’s Mistress Of The Game, Penguasa Berlian.

Chiffon Cake

Beelzebub part 1